Aku mengingat saat pertama kita berjumpa. Aku diam memandangimu dari jauh. Aku ingat sekali saat itu mataku masih normal dan sehat, sehingga bisa mencuri pandang dari jauh dengan sangat jelas. Aku masih ingat juga saat aku merasa kesal sampai marah yang berdiam di ujung ubun-ubun kepala dan sudah siap diledakkan setelah melihat kamu dikerumuni gadis-gadis seusiaku. Ya, aku merasa tersaingi. Perasaan percaya diri iba-tiba saja menjalar di tubuhku dan mengental di darahku, aku mendekati temanmu lalu merayunya memberikan informasi tentangmu. Dan kamu tahu Tampan! Aku berhasil.
Hari pertama sekedar menyapamu di pesan singkat, begitu juga hari kedua. Tanpa sadar hari ketiga kamu mulai mengatakan kata asing padaku. Benarkah pada akhirnya aku tempatmu berlabuh, Tampan? Anugrah yang patut di syukuri, padahal hanya berawal dari bercanda siapa tahu jodoh ternyata tangan Pencipta merangkul kita.
Akankah kamu segan mengingat 'kita' yang dulu, Tampan? Ayolah, aku merindukanmu. Ya, sekedar duduk santai dengan ditemani segelas kopi hangat kemudian bercanda tentang 'kita' 3 tahun lalu. Atau duduk santai di depan TV disanding kue coklat kesukaanmu lalu aku memulai menceritakan 'kita'. Pilih saja cara yang kamu suka, agar aku tahu apa inginmu tentang bagaimana mendeskripsikan 'kita' yang sudah tiada.
Dan ketika aku terbangun, saat itulah aku harus beranjak dari hari ini dan kamu. Ada masa di mana aku harus benar-benar pergi sendiri, tanpa kamu, dia, atau bahkan mereka. Hanya aku sendiri. Melupakan semuanya. Untuk menghidupi peristiwa masa depan dengan akal sehatku walau berupa puing-puig logika karena hancur oleh egomu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar