Apa kabar Tampan? Kenapa aku selalu memulai dengan bertanya tentang kabarmu. Kamu tidak bingung kah. Itu karena memang pada kenyataannya aku selalu gagal mengetahui keadaanmu.
Aku selalu di sini bahkan akan terus di sini Tampan...
Ketika sebuah rasa yang enggan untuk enyah dari hatiku, aku pun lelah untuk berusaha mengusirnya. Kadang aku menyiksa perasaanku untuk meniadakan rindu itu. Bohong kalau aku tidak rindu.
Rasa itu mirip sekali seperti rintik langit, datangnya tanpa diminta dan perginya tanpa pesan tapi selalu melukis lengkung indah setelah kepergiannya.
Ya, seperti rinduku, dia datang tanpa aku memintanya untuk datang. Ketika aku mulai menikmati kangen gila itu, malah pada saat itu ia pergi tanpa alasan. Tapi aku menyadari setelah rasa mirip hujan itu pergi, aku merasakan kedamaian dalam diriku. Seperti meneguk air di hamparan gurun yang panasnya membakar kerongkongan. Aku merasa kehadiranmu, karena memang waktu itu ketika rasa mirip hujan itu merengkuhku, detik itu juga sosokmu datang mengusirnya, sekarang? sehebat apapun ia menerkamku, bahkan ketika ia lelah menghantuiku, pelangi tak kunjung datang untuk sekedar menyapa.
Aku merindukanmu Tampan. Sungguh. Bahkan kamu tahu Tampan, aku juga merindukan hujan. Karena hujan adalah seni terindah selain rangkain puisi penyair yang pernah kubaca. Datanglah hujan, menarilah bersamaku agar kelak si Tampan juga datang dan ikut menari bersama kita.
Sabtu, 09 November 2013
Senin, 04 November 2013
Raisa Mewakiliku
Kemarin ku lihat awan membentuk wajahmu
Desau angin meniupkan namamu
Tubuhku terpaku
Semalam bulan sabit melengkungkan senyummu
Tabur bintang serupa kilau auramu
Aku pun sadari, ku segera berlari
Cepat pulang, cepat kembali, jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk cepat pulang
Cepat kembali, jangan pergi lagi
Alirnya bagai sungai yang mendamba samudera
Ku tahu pasti kemana kan ku bermuara
Semoga ada waktu sayangku
Ku percaya alam pun berbahasa
Ada makna di balik semua pertanda
Firasat ini rasa rindukah ataukah tanda bahaya
Aku tak peduli, ku terus berlari
Cepat pulang, cepat kembali, jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk cepat pulang
Cepat kembali, jangan pergi lagi
Dan lihatlah sayang
Hujan terus membasahi seolah luber air mata
Cepat pulang, cepat kembali, jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk cepat pulang
Cepat kembali, jangan pergi lagi
Aku pun sadari
Kau takkan kembali lagi
Desau angin meniupkan namamu
Tubuhku terpaku
Semalam bulan sabit melengkungkan senyummu
Tabur bintang serupa kilau auramu
Aku pun sadari, ku segera berlari
Cepat pulang, cepat kembali, jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk cepat pulang
Cepat kembali, jangan pergi lagi
Alirnya bagai sungai yang mendamba samudera
Ku tahu pasti kemana kan ku bermuara
Semoga ada waktu sayangku
Ku percaya alam pun berbahasa
Ada makna di balik semua pertanda
Firasat ini rasa rindukah ataukah tanda bahaya
Aku tak peduli, ku terus berlari
Cepat pulang, cepat kembali, jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk cepat pulang
Cepat kembali, jangan pergi lagi
Dan lihatlah sayang
Hujan terus membasahi seolah luber air mata
Cepat pulang, cepat kembali, jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk cepat pulang
Cepat kembali, jangan pergi lagi
Aku pun sadari
Kau takkan kembali lagi
mewakili rindu yang terpenjara mungkin abadi
Move Ya!
Aku mengingat saat pertama kita berjumpa. Aku diam memandangimu dari jauh. Aku ingat sekali saat itu mataku masih normal dan sehat, sehingga bisa mencuri pandang dari jauh dengan sangat jelas. Aku masih ingat juga saat aku merasa kesal sampai marah yang berdiam di ujung ubun-ubun kepala dan sudah siap diledakkan setelah melihat kamu dikerumuni gadis-gadis seusiaku. Ya, aku merasa tersaingi. Perasaan percaya diri iba-tiba saja menjalar di tubuhku dan mengental di darahku, aku mendekati temanmu lalu merayunya memberikan informasi tentangmu. Dan kamu tahu Tampan! Aku berhasil.
Hari pertama sekedar menyapamu di pesan singkat, begitu juga hari kedua. Tanpa sadar hari ketiga kamu mulai mengatakan kata asing padaku. Benarkah pada akhirnya aku tempatmu berlabuh, Tampan? Anugrah yang patut di syukuri, padahal hanya berawal dari bercanda siapa tahu jodoh ternyata tangan Pencipta merangkul kita.
Akankah kamu segan mengingat 'kita' yang dulu, Tampan? Ayolah, aku merindukanmu. Ya, sekedar duduk santai dengan ditemani segelas kopi hangat kemudian bercanda tentang 'kita' 3 tahun lalu. Atau duduk santai di depan TV disanding kue coklat kesukaanmu lalu aku memulai menceritakan 'kita'. Pilih saja cara yang kamu suka, agar aku tahu apa inginmu tentang bagaimana mendeskripsikan 'kita' yang sudah tiada.
Dan ketika aku terbangun, saat itulah aku harus beranjak dari hari ini dan kamu. Ada masa di mana aku harus benar-benar pergi sendiri, tanpa kamu, dia, atau bahkan mereka. Hanya aku sendiri. Melupakan semuanya. Untuk menghidupi peristiwa masa depan dengan akal sehatku walau berupa puing-puig logika karena hancur oleh egomu.
Hari pertama sekedar menyapamu di pesan singkat, begitu juga hari kedua. Tanpa sadar hari ketiga kamu mulai mengatakan kata asing padaku. Benarkah pada akhirnya aku tempatmu berlabuh, Tampan? Anugrah yang patut di syukuri, padahal hanya berawal dari bercanda siapa tahu jodoh ternyata tangan Pencipta merangkul kita.
Akankah kamu segan mengingat 'kita' yang dulu, Tampan? Ayolah, aku merindukanmu. Ya, sekedar duduk santai dengan ditemani segelas kopi hangat kemudian bercanda tentang 'kita' 3 tahun lalu. Atau duduk santai di depan TV disanding kue coklat kesukaanmu lalu aku memulai menceritakan 'kita'. Pilih saja cara yang kamu suka, agar aku tahu apa inginmu tentang bagaimana mendeskripsikan 'kita' yang sudah tiada.
Dan ketika aku terbangun, saat itulah aku harus beranjak dari hari ini dan kamu. Ada masa di mana aku harus benar-benar pergi sendiri, tanpa kamu, dia, atau bahkan mereka. Hanya aku sendiri. Melupakan semuanya. Untuk menghidupi peristiwa masa depan dengan akal sehatku walau berupa puing-puig logika karena hancur oleh egomu.
Hai Kamu 3 Tahun Lalu!
Hai kamu? Apa kabar? aku nggak tahu kamu lagi apa sekarang. Mungkin kalau aku cari tahu pasti kamu juga bakal bilang untuk apa dan manfaatnya buat aku apa. Aku yakin banget sama hal itu.
Pernah menghitung berapa bulan kita sudah berpisah? Atau berapa bulan jarak sudah merajalela ditengah kamu dan aku? Penting tidak sih kamu mengetahui itu? Harusnya aku sadar, mana mungkin kamu peduli mau berapa tahun waktu tidak mempertemukan kita. Ya. Tidak tertarik memikirkan hal sepele yang amat sangat tidak penting bagimu dan hanya membuang waktu saja. Tapi kamu tahu tidak , mengingat atau bahkan sekedar tahu kabarmu itu membuatku merasa bahagia seperti menjadi milyarder dadakan. Percaya atau tidak bahkan sampai detik ini aku masih berdoa kamu bertanya tentang kabarku dan ada orang yang mau membayarmu uang jutaan hanya sekedar bilang "ya, aku rindu kamu". Allah... seolah-olah hal itu mungkin terjadi padaku. Padahal semuanya sangat tidak mungkin!
Aku pernah sejenak berpikir, andaikan aku mengenangmu kamu di sana segan atau tidak ya mengenang sosokku, sosok kita yang pernah ada 3 tahun lalu. Ingat sama 26 April? Kamu mengungkapkan kata sakral itu penuh keyakinan, nyatanya tak berselang lama kamu pergi tanpa kejelasan. Kenapa kamu selalu muncul saat aku sudah sempat melupakan 'kita' haruskah aku selalu menunggumu di dalam pembodohan ini?
Coba saja kamu pikir pakai otak kamu! Kenapa sampai sekarang aku masih menunggu kamu walaupun sebelumnya aku sempat memiliki orang spesial setelah kamu dulu? Nih ya aku jelasin, pas aku sudah nemuin sekiranya bisa jadi penggantimu eh nyelonong kamu datang tanpa sebab. Pas aku memutuskan sendiri lagi, kamu! Bahkan kabar saja tidak ada yang terdengar di telingaku. Salah siapa? aku atau kamu?
Berharap kamu baca ini kemudian Tuhan memberi pencerahan di mata batinmu. Mustahil banget impianku. Entahlah, aku benar-benar merindukanmu. Semoga kamu juga tahu bisikan angin tentang isyarat rinduku. Dan 3 tahun lalu, memori itu masih mereka jelas di otakku, apa kamu tidak demikian? Siapa wanita yang sudah berhasil mendapatkan hatimu? Beruntung sekali dia.
Sampaikan pesanku padanya, untuk menyanyangmu dengan sangat hati-hati. Aku mengertimu lebih dulu, sikap dan sifat. Mungkin tidak lama, tapi aku sudah cukup paham Tampan! Kamu tahu, menyepelekan keahlianku dalam mengertikanmu adalah hal yang sangat fatal. Jangan macam-macam dengan hatiku.
Sampaikan pesanku padanya, agar menyentuhmu penuh kelembutan. Aku menemuimu lebih dulu, wujud dan bentuk. Mungkin tidak lama, tapi aku sudah cukup hafal Tampan! Satu hal yang harus kamu ingat, menyepelekanku dalam hal belajar kesensitifanmu adalah hal yang membahayakan. Jangan meragukan jemariku.
Sudahlah, aku takut wanitamu merasa tersaingi dengan kasih sayang dan kelembutanku menghadapimu. Yang jelas aku merindukanmu melebihi insan merindukan air saat kemarau panjang Tampan! Ku tunggu kamu di masadepan nanti.
dari yang merindukanmu sejak 25 September 3 tahun lalu
Langganan:
Postingan (Atom)